Cari Perhatian Dapatnya Virus HIV
Sumber: jc chanel

Family / 19 February 2015

Kalangan Sendiri

Cari Perhatian Dapatnya Virus HIV

Tiurma Ida Purba Official Writer
8710

Sejak kecil orang tua saya sudah berpisah. Kondisi keluarga yang terpecahlah membuat saya seringkali membutuhkan perhatian. Dari kecil saya tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang-orang yang saya kasihi, termasuk orang tua saya. Sampai duduk di bangku SMA, saya sering mencari perhatian terhadap teman-teman sekolah. Sampai pada suatu hari, teman saya mengajak saya untuk ke tempat wanita malam. Ketika itu saya mengiyakan tanpa berpikir dampak jangka panjang dalam hidup saya.

Sampai di tempat wanita malam, saya merasakan ketakutan yang luar biasa, keringatan saya pun bercucuran saat itu. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Sementara teman saya yang sudah terbiasa dengan hal seperti itu, langsung meninggalkan saya dengan seorang wanita. Ketika itulah pertama kalinya saya bercinta dengan wanita tanpa hubungan pernikahan. Lama-kelamaan hal tersebut menjadi suatu kebiasaan.

Suatu hari saya berkelahi dengan para preman, lalu ada wanita malam yang menolong saya. Saat itulah saya merasakan bahwa sesungguhnya saya mencintai wanita itu. Ketika itu saya yang sudah lulus sekolah, berniat ingin menikahinya. Namun, permintaan saya ditolak. Menurutnya saya belum siap menafkahinya. Sampai suatu ketika, ada orang ketiga yang masuk ke dalam hubungan kami. Pria tersebut adalah pria yang sudah mapan, dan tidak heran pacar saya lebih memilih pria itu dibandingkan saya. Hubungan kami pun putus ketika itu.

Kemudian saya memutuskan untuk bekerja ke Malaysia. Ketika melakukan cek kesehatan, dokter memvonis saya menderita HIV. Ketika mendengar vonis dokter, saya berkata kepada Tuhan : “ mengapa harus saya Tuhan? Mengapa penyakit ini yang Tuhan berikan? HIV adalah penyakit orang berdosa”. Saya sempat ingin bunuh diri. Namun, ada seorang ibu yang berkata bahwa saya harus ikut Yesus. Namun, ketika itu saya merasa belum sepenuhnya menyerahkan hidup saya kepada Tuhan. Karena saya merasa bahwa hati saya belum dipulihkan.  Lalu, saya mencoba untuk hidup sehat. Berolahraga, tidak merokok, tidak minum alkohol, minum susu, dll. Jelang empat tahun setelah dokter memvonis saya, kondisi saya ketika itu semakin parah.

Tahun 2006, saya sering masuk rumah sakit. Ketika itu saya sebenarnya sudah putus asa dengan penyakit yang saya alami. Saya berpikir bagaimana kalau orang-orang tahu bahwa saya meninggal karena HIV?  Dan saya pikir lebih baik mati. Ketika itu juga, ibu saya datang ke rumah sakit. Saat itulah ibu saya merawat saya. Inilah pertama kalinya saya merasakan kasih Tuhan dari seorang ibu.

Akhirnya saya memutuskan untuk terbuka kepada Tuhan. Karena keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Saya menerima Yesus sebagai juru selamat saya. Tuhan mengirimkan seorang wanita untuk menjadi pendamping hidup saya. Dan saya merasakan bahwa Tuhan sudah memulihkan hidup saya.

Tuhan memberikan perumpamaan dalam kitab Yohanes. Ketika Thomas tidak percaya akan kebangkitan Yesus, namun Tuhan berkata : Berbahagialah orang yang percaya namun tidak melihat. Kini Tuhan benar-benar hadir dalam hidup saya. Saya menyerahkan hidup saya kepada Tuhan. Saya melayani orang-orang yang mengalami HIV, memberikan semangat kepada mereka. Dengan memberikan semangat kepada mereka, saya juga akan bersemangat. Karena hati yang gembira adalah obat yang manjur.

Untuk melihat kisahnya lebih lanjut silahkan klik disini

Sumber : Sandy Bagus
Halaman :
1

Ikuti Kami